Bupatiku Bukan Bupati Biasa

BC4K6AFCAAEvfJ4.jpg large

Panas terik kota Jogja, selepas dhuhur pada jam (ISHOMA) memang menggoda untuk bersantai ria, pada jam terbang inilah biasanya orang memanfaatkaan waktu untuk mengerjakan yang lainnya di luar rutinitas yang ada. Kalau saya biasa memanfaatkan jam terbang ini biasanya untuk pertemuan(janjian) atau saya gunakan khusus untuk baca buku dan browshing informasi.  Saat buka twitter, ada menggoda diri ini untuk “meng-klik” sebuah link “bukan Bupati Biasa’, penasaran.. setelah di klik…ternyata ada wajah yang sangat familiar. Dalam hati, ini kan face-nya bupatiku.  Tak ada keterangan nama dalam foto tersebut. Karena jam Ishoma sudah habis, kepo-nya dihentikan sejenak. Hehehe….

Bakda maghrib baru saya lanjutkan penelusuran, eh…ternyata benar saja tebakan tadi, ya foto yang paling central mengenakan baju batik itu Bupati Wonosobo, kabupaten saya.  Meskipun foto tersebut diambil dari radius yang cukup jauh, namun sepertinya familiar dalam ingatan saya wajah dan posturnya, karena selama ini juga seringnya saya hanya melihat bliau dari kejauhan saja, dan sampai sekarangpun belum ada kesempatan dan moment untuk berdialog secara langsung dengan bliau. Biasanya bliau hadir waktu kegiatan Pengajian akbar di Kampung saya di dusun Cawet, Suren gede Kertek biasanya untuk  memberikan sambutan.  Ya, karena bliau memang dekat dengan kiyai kampung saya yang merupakan Dewan Syuriyah PCNU kabupaten Wonosobo, bapak KH. Abdul halim AYM, al hafidz.

Sebagai rakyat biasa di wonosobo, saya turut bangga Bliau terpilih dalam ajang pemilihan kepala Daerah terbaik versi Tempo.  Ada 7 Tokoh ujuh kepala daerah yang menerima penghargaan tokoh pilihan Tempo ini diantaranya Bupati Wanosobo Abdul Kholiq Arif, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Keerom Yusuf Wally, Bupati Enkerang La Tinro La Tunrung, Wali Kota Sawahluto Amran Nur, Bupati Kubu Raya Muda Hendrawan, dan Wali Kota Banjar Herman Sutrisno.

Saya hanya bisa mengucapkan selamat dan sukses. Semoga waktu yang masih tersisa untuk mendedikasikan diri untuk Wonosobo yang lebih baik makin maksimal dan optimal, apalagi ini kali kedua bliau menjabat. 2 kali pula saya memilihnya, dengan sebuah harapan besar seperti Janji kampanye-nya “wonosobo semakin baik’.

Memang budaya berprestasi seperti inilah yang patut kita teladani, dan kita amalkan juga. Karena pemimpin yang mampu menjadi inspirasi bagi warganya akan mencipkan iklim pemerintahan yang kondusif dan TRUST terhadap pemerintah semakin meningkat, sehingga semua rakyat akan dukung dan terpicu untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan serta program-program yang telah dicanangkan.

Penting untuk  dipahami bahwa budaya berprestasi itu tak perlu menunggu jadi pejabat dulu, dalam setiap lini kita pasti bisa koq untuk berkembang dan berkarya.  Saya pun mencoba demikian, berbuat yang terbaik. Tentunya untuk membanggakan orang tua saya dan juga daerah saya. Meskipun berasal dari keluarga yang penuh dengan keterbatasan, tapi saya yakin pasti bisa.  Pasti bisa, kelak membangun dan mengembangkan Wonosobo juga.  Untuk saat ini, saya masih butuh banyak belajar, dan selalu belajar mendedikasikan diri Belajar Merawat Indonesia, seperti buku perdana saya dan kawan penerima beasiswa aktivis nusantara “belajar merawat Indonesia”  serambi menuntaskan mimpi #jelajahnusantara #100 village untuk melakukan program pengabdian disana. Semoga Allah mengabulkan. Aamiin..

Sekali lagi selamat kepada bapak Abdul Kholiq Arief, sebagai akar rumput saya hanya mampu menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas perjuangan bapak selama memimpin Wonosobo. Semoga prestasi bapak makin bisa memotivasi saya untuk semakin berkembang dan memicu pemuda wonosobo lainnya untuk lebih berprestasi dan berkarya. Dimanapun berada, di ranah dan profesi apapun mari buat Wonosobo bangga dengan karya dan dedikasi kita.

 

Universitas Gadjah Mada, 12 Februari 2013

 

Nur Saudah Al Arifa D, STP.

@danursosmas

 

 

 

Leave a comment